Bahasa Indonesia

             Ikrar Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu salah satu butirnya adalah menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Teks Sumpah Pemuda  
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku  
bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia.  
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.  
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
               Secara historis bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu Riau sebab bahasa yang dipilih sebagai bahasa nasional itu adalah bahasa Melayu, yang sudah menjadi lingua franca di pelabuhan-pelabuhan perniagaan yang tersebar di wilayah Nusantara, yang kemudian diberi nama bahasa Indonesia.
                Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai berikut. 
    Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan di bidang perdagangan) di seluruh wilayah NUsantara. 
    Bahasa Melayu memunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari, mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
    Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan. 
    Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. 
    Ada nya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang mulia. 
                               Bahasa Indonesia mempunyai dua kedudukan yang sangat penting, yaitu (1) sebagai bahasa nasional , dan (2) sebagai bahasa resmi/negara . Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28 Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan bahasa persatuan.   
                        Adapun dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional , bahasa Indonesia mempunyai fungsi sebagai berikut.Lambang jati diri (identitas).Lambang kebanggaan bangsa.Alat pemersatu berbagai masyarakat yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya, serta bahasa daerah yang berbeda.Alat penghubung antarbudaya dan antardaerah. 
                        Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945. Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai berikut.Bahasa resmi negara .Bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan.Bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintahan.Bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi. 
                          Pada tahun 1908 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commissie voor de Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui Surat Ketetapan Gubernemen tanggal 14 September 1908 yang bertugas:mengumpulkan dan membukukan cerita-cerita rakyat atau dongeng-dongeng yang tersebar di kalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setelah diubah dan disempurnakan;menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa;menerima karangan pengarang-pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya. 
                         Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Amir Hamzah, dan Armijn Pane. Pengasuh majalah ini adalah sastrawan yang banyak memberi sumbangan terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka. 
                       Tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:mengganti Ejaan van Ophuysen,mendirikan Institut Bahasa Indonesia, danmenjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan Perwakilan .
                             Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepang terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi untuk kepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum banyak dimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan bahasa Indonesia mempunyai peran yang semakin penting. 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36: Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.   
                              19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi. 
                               Tahun 1948 terbentuk sebuah lembaga yang menangani pembinaan bahasa dengan nama Balai Bahasa. Lembaga ini, pada tahun 1968, diubah namanya menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan pada tahun 1972 diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang selanjutnya lebih dikenal dengan sebutan Pusat Bahasa. 
                                 28 Oktober s.d. 1 November 1954 terselenggara Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatera Utara. Kongres ini terselenggara atas prakarsa Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, Mr. Mohammad Yamin. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972 diresmikan ejaan baru yang berlaku mulai 17 Agustus 1972, yang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Tap.MPR No. 2/1972              
                                  25 s.d. 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa Indonesia.Tahun 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III.Tanggal 21 s.d. 26 November 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.Tanggal 27 Oktober s.d. 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta.Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Diraja Malaysia untuk mengadakan satu ejaan dengan mengingat antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Diraja Malaysia masih satu rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha itu antara lain pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), namun usaha ini akhirnya kandas karena situasi politik antara Indonesia dan Malaysia yang sempat memanas pada tahun 1963. 
                                     Bahasa melayu menjadi bahasa Indonesia, perkembangan bahasa;
              Bahasa melayu purba   
              Bahasa Melayu Kuno (Zaman Sriwijaya, abad 4 - abad 14)
                           Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya pada abad ke-7 sampai ke-12. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti Melayu Kuno di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.   
                Bahasa melayu klasik (abad 14- abad 18) 

                              Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, ahli bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan kelanjutan dari Melayu Kuno. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring dengan berkembangnya agama Islam yang dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti masuk agama Islam. Menggunakan bahasa arab.  
                  Bahasa  Melayu Peralihan (abad 19). Menggunakan ejaan latin.  
                  Bahasa melayu Baru (abad 20)  
                  Bahasa melayu modern (bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia)  
                                Ragam Bahasa Melayu ;
                    1. Melayu Riau Johor
                    2. Melayu Betawi
                    3. Melayu Manado
                    4. Melayu Maluku
                    5. Melayu Balai pustaka, Pujangga baru. Terkenal dengan angkatan pujannga baru.
                               Bahasa melayu kuno pada prasasti ;
                    1.  Prasasti Kedukan Bukit ( Palembang, 16 Juni 682)
                    2.  Prasasti Talang Kuno ( Palembang, 23 Maret 684)
                    3.  Prasasti Kota Kapur (Bangka, 28 Februari 686)
                    4.  Prasasti Krang Brahi ( Jambi, tahun 692)
                    5.  Prasasti Telaga batu ( Palembang, abad ke - 7)
                    6.  Prasasti Polos Pasemah (Lampung Selatan, abad ke -7)
                    7.  Prasasti Sojomerto ( Pekalongan, abad ke -7)
                    8.  Prasasti Manjucrighra ( Klaten, 6 November 792)
                    9.  Prasasti Kayu Mwungun ( Temanggung)
                    10.  Prasasti Kota Kapur (Bangka Barat ,tahun 686)
                    11.  Prasasti Gandasuli (Jawa Tengah, tahun 832 )
                    12.  Prasasti Bogor (Bogor, tahun 942)
                                     








                                                                                           







                                                













                    Prasasti Kota Kapur
                    siddha titam hamvan vari avai kandra kayet ni paihumpaman namuha ulu lavan tandrun luah vinunu paihumpaan hakairu muah kayet nihumpa unai tunai
                    umentem bhaktiniulun haraki unai tunai kita savanakna davata maharddhika sannidhana mamaraksa yam kadatuan cri-wijaya kita tuvi tandrun luah vanakna devata mulana yam parsumpahan
                    paravis kadaci yam uram di dalamna bhumi ajnana kadatuan ini paravis drohaka hanun samavuddhi lawan drohaka manujari drohaka niujari drohaka tahu dim drohaka tida ya
                    marppadah tida ya bahkti tida ya tatvarjjava di y aku dngan di  iyam nigalarku sanyasa datua dhava vuatna uram inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulam parvvan dan datu criwi-
                    jaya talu muah ya drian gotrasantanana tathapi savahakna yam vuatna jahat makalanit uram makasakit makagila mantra gada visaprasyoga upuh tuwa tamval
                    saramvat kasihan vacikarana ieyevam adi jangan muah ya siddha pulam ka iya muah yam dosana vautna jahat inan tathapi nivunuh ya sumpah talu muah ya mulam yam manu
                    ruh marjjahati yam marjjahati yam vatu nipratistha ini tuvi nivunuh ya sumpah talu muah ya mulam sarambhana uram drohaka tida bhakti tida tatvarjjava di y aku dhava vua
                    tna nivunuh ya sumpah ini gran kadaci iya bhkati tatvarjjava di y aku dngan di yam nigalarku sanyasa datua canti muah dngan gotrasantanana
                    samrddha svasta niroga nirupadrava sibbhiksa muah yam vanuana paravis cakavarsatita 608 dim pratipada cuklapaksa wulan vaicakha tatkalana
                    yam mamman sumpah ini nipahat di velana yam vala cri-wijaya kalivat manapik yam bhumi java tida bahkti ka cri-wijaya
                     
                    Prasasti Kota Kapur
                    Terjemahan

                    bahagia … (perkataan jampi)
                    hai kamu sekalian dewa-dewa yang mulia hadir jaga keraton sriwijaya kamu sekalian dewa-dewa yang menjadi permulaan segala sumpah
                    manakala di dalam bumi di bawah perintah keraton ini semua ada orang sengaja (berlaku) jahat semaksud dengan orang jahat menegur orang jahat ditegur orang jahat sepakat dengan orang jahat
                    tidak mengindahkan tidak tunduk tidak setia akan daku dan akan dia yang kuberi kedudukan (menjadi) datu sangat (busuk)-lah perbuatan orang itu (maka) ia dibunuh oleh sumpah disuruh pukul ia terutama (oleh) perintahnya datu sriwijaya
                    rusak pula dengan saudara-saudaranya begitu sekalian orang yang perbuatannya jahat membikin rusak pikiran orang menyakiti membikin gila melakukan mantra guna-guna mempergunakan bisa (racun) upas tuba sirih
                    setangkai (yang telah dibubuhi guna-guna) pekasih paksaan (perbuatannya yang jahat itu mudah-mudahan) puang kembali kepada yang berdosa berbuat jahat itu lagi pula ia dibunuh oleh sumpah terutama pula yang menyuruh
                    berbuat jahat yang berbuat jahat akan batu yang dipasang ini dibunuh pula oleh sumpah rusak pula terutama sekehendaknya  orang yang berlaku jahat tidak tunduk tidak setia akan daku sangat (busuk)-lah perbuatannya

                    dibunuhlah ia oleh sumpah ini manakala gerangan ia tunduk setia akan daku dan akan dia yang kuberi kedudukan menjadi datu lagi baik perbuatannya dengan sanak saudaranya
                    untunglah (ia) selamat tidak kena penyakit tidak kena celaka dan makmur pula di seluruh daerahnya tahun saka telah berjalan 608 pada tanggal satu paruh terang pada bulan waisaka tatkalanya
                    sapata sumpah ini dipahat di batasnya kekuasaan sriwijaya yang sangat berusaha menaklukkan bumi jawa yang tidak tunduk kepada sriwijaya
                     
                    Prasasti Laguna

                     
                    swasti shaka warsatita 822 waisaka masa di(ng) jyosta
                      caturthi krisnapaksa somawara sana tatkala dayang
                      angkatan lawan dengan nya sana barngaran si bu
                    kah anak da dang hwan namwaran dibari waradana wi
                      shuddapattra ulih sang pamegat senapati di tundun
                      barja(di) dang hwan nayaka tuhan pailah jayadewa
                    di krama dang hwan namwaran dengan dang kayastha nu
                    diparlappas hutang da walenda kati 1 suwarna
                     dihadapan dang huwan nayaka tuhan puliran kasumuran
                    dang hwan nayaka tuhan pailah barjadi ganashakti dang
                    hwan nayaka tuhan binwangan berjadi bishruta tathapi
                      sadana kapawaris ulih sang pamegat dewata [ba]rjadi 
                    sang pamegat medang dari bhaktinda diparhulun sang
                    pamegat ya makanya sadanya anak cucu dang hwan
                      namwaran shuddha ya kapawaris dihutang da dang 
                     hwan namwaran di sang pamegat dewata
                    ini grang syat syapanta ha pashkat ding ari kamudyan ada
                      grang urang barujara welung lappas hutang da dang hwa
                     
                    Prasasti Laguna
                    Terjemahan
                    Long live year of saka 922 month of waisakha according to astronomy the fourth
                    day of the waning moon Monday on this occasion lady angkatan and her brother 
                    whose name is bukah the children of the honourable namwaran were awarded a document of complete pardon from the commander in chief of tundun represented by the lord minister of pailah jayadewaa
                    By this order through the scribe the honourable namwaran has been forgiven of
                    all and is released from his debt and arrears of 1 kati and suwarna before the 
                     honourable lord minister of puliran kasumuran by the authority of the lord minister of pailah
                    Because of his faithful service as a subject of the chief the honourable and 
                    widely rnowned lord minister of binwangan recognized all the living relatives of 
                     namwaran who were claimed by the chief of dewata represented by the chief of medang
                      Yes before the living descendants of the 
                     honourable namwaran are forgiven indeed of 
                    any and all debts of the hon
                    ourable namwaran to the chief of dewata
                    This in any case shall declare to whomever 
                    henceforth that on some future day should there
                    be a man who claims that 
                    no release from the debt of the honourable
                     
                    Prasasti Trengganu
                     
                    Sisi A

                    rasul allah dengan yang orangbagi mereka
                    ada pada dewata mulia raya beri hamba meneguhkan agama islam
                    dengan benar bicara darma meraksa bagi sekalian hamba dewata mulia raya
                    di benuaku ini penentu agama rasul allah salla’llahualaihi wa sallama raja
                    mandalika yang benar bicara sebelah dewata mulia raya di dalam
                    bhumi penentua itu fardlu pada sekalian raja manda-
                    lika islam menurut setitah dewata mulia raya dengan benar
                    bicara berbajiki benua penentua itu maka titah seri paduka
                    tuhan mendudukkan tamra ini di benua Terengganu adipertama ada
                    jum’at di bulan rejab di tahun sarathan di sasanakala
                    baginda rasul allah telah lalu tujuh ratus dua
                     
                    Sisi B

                    keluarga di benua jawa (jauh?) … kan … ul
                    datang berikan keempat darma barang orang
                      berpihutang
                    jangan mengambil k … (a)mbil hilang emas
                    kelima darma barang orang … (mer)deka
                    jangan mengambil tugal buat … t emasnya
                    jika ia ambil hilangkan emas keenam darma barang
                    orang berbuat balacara laki-laki perempuan setitah
                    dewata mulia raya jika mereka bujan palu
                    seratus rautan jika merdeka beristri
                    atawa perempuan bersuami ditanam hinggan
                    pinggang dihembalang dengan batu manikan
                    jika ingkar balacara hembalang jika anak mandalika
                      
                    Sisi C

                    bujan dandanya sepuluh tengah tiga jika ia
                    menteri bujan dandanya tujuh tahil sepaha
                    tengah tiga jika tetua bujan dandanya lima ta(hil
                    tujuh tahil sepaha masuk bendara Jika o(rang …
                    merdeka ketujuh darma barang perempuan hendak
                    tida dapat bersuami jika ia berbuat balacara
                    Sisi D

                    tida benar dandanya setahil sepaha kesembilan darma
                    seri paduka tuhan siapa tidadandanya
                    kesepuluh darma jika anakku atawa pemain(ku) atawa cucuku atawa keluargaku 
                       
                    atawa anak
                    tamra ini segala isi tamra ini barang siapa tida menurut tamra ini laanat dewata
                        
                    mulia raya
                    dijadikan dewata mulia raya bagi yang langgar acara tamra ini
                     
                    Prasasti (Nisan) Minye Tujuh
                     
                    hijrat nabi mungstapa prasida
                       tujuh ratus asta puluh sa warsa
                       haji catur dan dasa warsa sukra
                       raja iman warda rahmat-allah
                       gutra barubasa mpuk hak kadah pase ma
                       taruk tasih tanah samuha
                       ilahi ya rabbi tuhan samuha
                       taruh dalam swarga tuhan tatuha
                     
                                              Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. Bentuk bahasa sehari-hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.
                               Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif Bahasa Melayu Pasar.
                                Pemerintah kolonial Belanda melihat kelenturan Melayu Pasar dapat mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.
                               Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca, namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya sebagai bahasa ibu. Bahasa ibu masih menggunakan bahasa daerah yang jumlahnya mencapai 360 bahasa.
                    Pada pertengahan 1800-an, Alfred Russel Wallace menuliskan di bukunya Malay Archipelago bahwa, “Penghuni Malaka telah memiliki suatu bahasa tersendiri yang bersumber dari cara berbicara yang paling elegan dari negara-negara lain, sehingga bahasa orang Melayu adalah yang paling indah, tepat, dan dipuji di seluruh dunia Timur. Bahasa mereka adalah bahasa yang digunakan di seluruh Hindia Belanda.”
                              Jan Huyghen van Linschoten di dalam bukunya Itinerario menuliskan bahwa, “Malaka adalah tempat berkumpulnya nelayan dari berbagai negara. Mereka lalu membuat sebuah kota dan mengembangkan bahasa mereka sendiri, dengan mengambil kata-kata yang terbaik dari segala bahasa di sekitar mereka. Kota Malaka, karena posisinya yang menguntungkan, menjadi bandar yang utama di kawasan Tenggara Asia, bahasanya yang disebut dengan Melayu menjadi bahasa yang paling sopan dan paling pas di antara bahasa-bahasa di Timur Jauh.”
                               Bahasa Indonesia modern dapat dilacak sejarahnya dari literatur Melayu Kuno. Pada awal abad ke-20, bahasa Melayu pecah menjadi dua. Di tahun 1901, Indonesia di bawah Belanda mengadopsi ejaan Van Ophuijsen, sedangkan pada tahun 1904 Malaysia di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson.
                                Beberapa Ciri bahasa melayu kuno : 
                    Akasara B sekarang, dulu berupa V (diantara v dan w)  
                    Tidak ada lafal E (berbentuk  A atau O)  
                    Awalan di-, dulu berupa ni-  
                    Awalan me-, dulu berupa ma-  
                    Awalan ber-, dulu berupa mar-
                                Pembakuan ejaaan; 
                      Dulu menggunakan tulisan arab (Jawi)  
                      Tahun 1901 menggunakan ejaan van ophuijsen  
                      Tahun 1947 menggunakan ejaan Soewandi (ejaan republik)  
                      Tahun 1972 menggunakan ejaan yang disempurnakan
                        Ejaan yang disempurnakan menyeragamkan ejaan di Brunei, Indonesia, Malaysia dan singapura (Majelis Bahas Brunei, Indonesia, Malaysia- Mabbim) Diadakan setiap tahun.
                                   Van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda. Ia pernah jadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda. Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.

                        1. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
                        2. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
                        3. Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.

                        # tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci
                        # 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
                        # 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
                        # 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
                        # 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
                        # 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir


                        Contoh:
                        Satoe soerat kabar Melajoe Tionghoa jang didiriken 1 Augustus 1934 di Semarang oleh Kwee Hing Tjiat
                        atas bantoean Oei Tiong Ham - Concern. Soerat Kabar jang mempoenjai haloean jang tengah - tengah tida terlaloe ke.... dan ke.... ini terkenal dengan Seboetan BABA DEWASA, dimasa permoelaan Matahari di kemoediken langsoeng oleh Kwee Hing Tjiat dengan Staf Redactuer Kwee Thiam Tjing, Tjoa Tjoe Liang dan Ar Baswedan. Semoela Kwee Hing Tjiat ingin membri nama ini Soerat kabar MERDIKA dan mentjat merah ia poenja kantoor, karena di larang keras oleh Pengoeasa saat itoe (Pemerentah Djadjahan Belanda) maka namanja di ganti mendjadi Matahari, dan tjat kantoornja moelanja tetep berwarna merah jang di kiterin plat koening (Dikataken oleh Toean Kwee ini ada Communist jang di iket oleh Kapitalis).Matahari boebar sedjalan dengen masoeknja bala tentara Dai Nipon. dan pimpinan saat itoe jalah Siauw
                        Giok Tjan, jang di djaman kemerdekaan pernah mendjabat mentri di kabinet Amier S dan terachir 

                              
                        Kesimpulan: Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa melayu. Dari bahasa melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia melalui berbagai tahap bahasa melayu sampai bahasa Indonesia yang disempurnakan.
                        Bahasa melayuu ditulis dalam huruf arab dikenal sebagai Jawi.


                        Referensi: www.google.com

                        About this blog

                        Pengikut

                        Diberdayakan oleh Blogger.