Semiotik


           Semiotik berasal dari kata Yunani Seme = semeiotikos; Semenion yang berarti tanda Dalam bahasa inggris semiotik berarti ilmu yang mempelajari tanda misalnya; bahasa, kode dll.
            Plato memeriksa asal muasal bahasa sedangkan Aristoteles mencermati bahasa. Yang merupakan perintis dari semiotik sehingga akar dari semiotik adalah bahasa.
           Terdapat perbedaan mendasar antara tanda alamiah (natural) dan tanda yang disepakati (konvensional). Seperti: berjabat tangan itu merupakan tanda yang disepakati karena sama-sama setuju untuk bersalaman. Sesuatu yang alami, misalnya: awan mendung.
           Setiap tanda mempunyai makna tetapi makna itu akan berbeda disetiap negara, sebagai contoh bertepuk tangan pada kebanyakan negara, bermakna memberikan ucapan, senang, dll tetapi berbeda di Tibet yang bermakna mengusir roh jahat.
Semiotika dan semiologi pada dasarnya adalah dua istilah untuk satu bidang keilmuan yang sama. Memang, beberapa tokoh mencoba untuk memberikan perbedaan pada dua istilah ini seperti membatasi objek kajian semiologi pada bagian teoretis dan semiotika untuk bagian praktisnya. Namun, upaya ini tidak mendapatkan landasan yang kuat berdasarkan kepada pemakaian yang sudah umum berlaku.
Sebenarnya, dua istilah ini muncul dari dua kelompok berbeda yang melakukan kajian dan penelitian terhadap satu bidang keilmuan yang sama. Semiologi lebih umum digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Prancis, sementara semiotika lebih populer digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Inggris.Istilah kedua ini, bahkan sekarang merupakan istilah yang paling umum digunakan.
Bisa jadi orang-orang Prancis lebih senang menggunakan istilah semiologi karena penggunaan Saussuer terhadapnya, sementara orang-orang Inggris lebih suka menggunakan istilah semiotika karena penggunaan John Lock (16321704) terhadap istilah ini pertama kali, yang secara langsung mengambilnya dari bahasa Yunani, semeiotike.Kalangan yang mempelajari literatur Inggris tentu sudah akrab dengan pernyataan Lock dalam kajiannya yang sangat terkenal tentang watak pemahaman bahwa istilah itu berarti mazhab tanda-tanda atau doctrine of signs.
Definisi yang ia berikan terhadap istilah ini adalah Aktivitas yang secara khusus meneliti tentang watak tanda-tanda yang digunakan oleh pikiran dalam mencapai pemahaman terhadap sesuatu atau dalam menyampaikan ketahuan-ketahuannya kepada orang lain. [Essay Concerning Human Understanding. 1689. P.32]
Pada hakikatnya, Lock bukanlah orang pertama yang menyentuh bidang keilmuan ini. Objek kajian ini sudah ada sejak masa Plato dan Aristoteles dan terus berkembang dalam kajian para filsuf tanpa memberikannya nama atau istilah ini. Hanya tabiat keilmuan modern dan spesifikasi bidang membuat istilah ini menjadi lebih spesial sebagai salah satu kajian kritik susastra, sejak awal abad ke-20. Dalam perkembangannya, semiotika menjadi pisau analitik terhadap apa pun yang berperan sebagai tanda dan struktur tanda yang mewakili pikiran manusia.
    Ferdinand de Saussure (1857-1913) adalah sebagai salah satu Bapak Linguistik Modern dan Semiotika. Konsepnya adalah pembedaan tanda bahasa menjadi dua aspek, yaitu signifiant (yang memaknai) dan signifie (yang dimaknai). Dalam semiologi Saussure berpendapat bahwa bahasa sebagai "suatu sistem tanda yang mewujudkan ide" dapat dibagi menjadi dua unsur: langue (bahasa), sistem abstrak yang dimiliki bersama oleh suatu masyarakat yang digunakan sebagai alat komunikasi, dan parole (ujaran), realisasi individual atas sistem bahasa. Saussure mendefinisikan tanda liguistik sebagai entitas dua sisi. Tanda liguistik (antara penanda dan petanda) bersifat arbiter, tanda dapat bekerja karna ada difference, artinya dia dapat dibedakan dan tanda- tanda lainnya.


             Charles Sanders Peirce (1839 - 1914). Peirce selain seorang filsuf juga
      seorang ahli logika dan Peirce memahami bagaimana manusia itu bernalar.
      Mengembangkan teori tanda dibentuk tiga sisi.  Level Tanda; (1) Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya warna hijau. (2) Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa atau realitas fisik yang nyata, misalnya; rambu lalu lintas. (3)  Legisign adalah universal atau kategori hal, yang karenanya dapat mencakup banyak individu atau sinisigns.  Level Objek; (1) ikon adalah  hubungan antara tanda dan acuannya yang memiliki hubungan kemiripan. Kemiripan yang dimaksudkan adalah kemiripan secara alamiah. Misalnya, kesamaan potret dengan orang yang diambil fotonya, kesamaan peta dengan wilayah geografi yang digambarkannya, dan gambar kuda menandai kuda yang nyata. (2) Indeks adalah hubungan antara tanda dan acuannya yang timbul karena ada kedekatan eksistensi. Dapat dikatakan terdapat hubungan kausalitas (sebab-akibat) yang bersifat alamiah. Misalnya, asap menandakan adanya api, dan arah angin menunjukkan cuaca. (3) Simbol adalah hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Maksudnya, tanda itu mengacu pada sesuatu yang telah mendapat kesepakatan masyarakat. Misalnya, lampu merah menandakan berhenti, dan mengangguk menandakan menyetujui atau membenarkan.   Level Interpretant; (1) Rheme adalah bagaimana itu bisa terjadi, tanpa menyatakan bahwa itu. (2) Dicent adalah bukti bahwa sebenarnya ada subjek, orang yang benar-benar meninggal karena flu burung. (3) Argumen adalah sebagai menetapkan bahwa hal itu harus demikian, bahkan jika belum pernah dilihat dan tak terbayangkan.


      Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik;
      (1) Sintaksis semiotik mempelajari hubungan antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Contoh:  teks dan gambar dalam wacana iklan merupakan dua sistem tanda yang berlainan, akan tetapi keduanya saling bekerja sama dalam membentuk keutuhan wacana iklan.(2) Semantik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam melakukan proses semiotis. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda dalam iklan (dalam hal ini tanda non-bahasa) yang mendukung keutuhan wacana. (3)  Pragmatik semiotik mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.  
                           Roland  mengemukakan (1) tanda denotatif terdiri atas penanda dan petanda akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif. Dan (2) tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.Roland merupakan pengemuka semiotik modern, terkadang suka bertolak belakang dengan pengemuka semiotik lampau. Roland mengemukakan semiotik modern tanpa melihat sejarah masa lampau, melihat pada masa kini. 

                             Dalam buku The Rhetoric of the Image” (1964), terdapat 3 macam pesan yaitu:
      Pesan Liguistik; semua kata dan kalimat dalam iklan.
      Pesan ikonik yang terkodekan; konotasi yang muncul dalam foto iklan (yang hanya berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)
      Pesan ikonik tak terkodekan; denotasi dalam foto iklan.




                Umberto Eco lahir 5 Januari 1932, menulis novel berjudul " The name of the rose". Menyatakan kebenaran juga menyatakan kebohongan. Maka pada prinsipnya semiotika merupakan disiplin untuk mempelajari segala sesuatu yang bisa digunakan untuk berbohong. Jika sesuatu gagal digunakan untuk menceritakan kebohongan, sebaliknya ia gagal digunakan untuk menceritakan kebenaran bahkan tentu mustahil ia bisa digunakan untuk bercerita apa pun.





      Sebagai contoh:

      Huruf "M" dengan warna kuning dan tulisan "I'm lovin' it", sebgai besar orang sudah tau bahwa itu restoran cepat saji. Huruf  "M" sudah menjadi simbol dari restoran cepat saji tersebut. Warna juga menjadi simbol dari restoran tersebut.

      Referensi:
      www.google.com

      0 komentar:

      Posting Komentar

      About this blog

      Pengikut

      Diberdayakan oleh Blogger.